Sabtu, 09 Agustus 2008

Bekas Luka


Adalah seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang rumah setiap kali ia marah. Hari pertama anak itu telah memakukan 37 paku ke pagar. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang.

Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya dari pada memakukan paku ke pagar. Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut sama sekali tidak kehilangan kesabarannya. Ia memberitahukan kepada ayahnya, yang kemudian memberikan usulan agar ia mencabut 1 paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki ini akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut.

Sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “Kau telah berhasil dengan baik, anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak pernah bisa sama seperti sebelumnya.

Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini. Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang lalu mencabut pisau itu, tetapi tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf, luka itu tetap ada. Luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik”.

Ambilah semenit dari waktumu untuk merenungkan hal ini.

ber-Kidhmah untk WeHa Ku


Sejenak Mengingat Pencurian

Pencurian memang bukan kata yang tidak asing lagi di telinga setiap orang karena seringnya muncul di sekitar kita, bahkan kita sering berada di dalamnya. Kita mengenalnya sudah dari dahulu sejak jamannya nenek moyang kita dan rasanya tidak akan pernah surut untuk masa-masa sekarang bahkan yang akan datang. Kita tidak perlu menyembunyikan fakta yang satu ini, karena meskipun hukuman tentang pencurian sering ditindak tegas, namun tetap saja pencurian merajalela dan kita bisa lihat ke belakang bagaimana hukuman tentang kasus ini yang sedemikian ketat. Dari Islam sendiri misalnya dengan memberlakukan hukuman potong tangan bagi seorang pencuri yang tertangkap dan di Indonesia yang menggunakan hukum positif menindak pencuri dengan dikurung di penjara, atau yang lebih parah lagi ketika tertangkap massa dan dihakimi secara bersama. Sehingga bukannya keuntungan yang didapatkan malahan bogem mentah dari penduduk yang tentunya sangat merugikan bagi diri pencuri atau bahkan dapat menghilangkan nyawanya. Meskipun demikian adanya namun para pencuri tidak pernah mengambil hikmah pelajaran dari yang sudah terjadi secara nyata.

Berbicara masalah pencurian, banyak jenis pencurian yang kita kenal dewasa ini, mulai dari pencurian dalam arti sesungguhnya yang dilakukan oleh maling pada malam hari hingga merambat ke istilah yang digunakan dalam dunia asmara masalah pencurian tetap muncul yaitu pencuri hati. Maraknya pencurian yang melanda manusia seolah merupakan problem yang tidak mudah untuk dapat diselesaikan secara tuntas. Karena bisa kita lihat secara langsung dari bahwa pencurian tidak saja melanda rakyat kere dan kalangan rendah yang diwakili oleh para gembel jalanan hingga tidak luput dari jamahan orang-orang "gede" dalam hal ini kita percayakan pada tikus-tikus kantor (kata bang Iwan) yang menyangga jabatan negara. Kalau menurut bahasa akademisnya biar agak sedikit lebih kerenn yaitu koruptor.

Tidak hanya sebatas itu saja kasus pencurian yang muncul di permukaan sekitar kita. saat ini hanyalah budaya yang memang sudah mengakar. Teladanilah Muhammad SAW, jika kau ingin menjadi manusia paripurna. Lepaskan “baju identitas” kalian dengan berani, karena memang itu cara terbaik untuk memahami bakul kita tercinta ini. Sempit memang, tapi kita hanya merasa perlu sedikit merubah esensinya tanpa harus menghilangkan substansinya. Marilah kita baca khidmah sebagai bentuk terima kasih kita kepada beliau yang rela menyediakan tempatnya untuk kita, yang rela airnya dipakai mandi, tempatnya dipakai tidur, dan lain sebagainya. itu semua jauh lebih berharga ketimbang materi-materi lain yang kita punya. Namun sayang kita sering terkesima oleh kepentingan kita pribadi hingga kita lupa untuk selalu berbenah diri. Pernahkah kita sendiri sadar pada kekhilafan ataupun kesalahan kita? hingga kita perlu menghujat habis-habisan? Apakah yang demikian ini pantas kita lakukan, kalau kita sendiri justru banyak tertimbun oleh khilafan-khilafan dan kesalahan-kesalahan? Jika demikian, maka apa yang membedakan tempat ini dengan kos-kosan sekeliling kita?. Kita masih tetap sebuah pesantren dengan budayanya yang berbeda. Kita bukan mereka yang tinggal dikos-kosan ataupun kontrakkan, sebab memang kita memiliki tata nilai yang sama sekali berbeda dengan mereka. Kita mesti tahu tugas kita masing-masing dan kemajiban kita. Karenanya, kita kudu berkhidmah sebagaimana layaknya seorang santri. Mungkin anda akan bertanya, khidmah bagaimana yang mesti kita lakukan dan kita aplikasikan? Dan saya akan menjawabnya demikian: Khidmah yang tidak membuat dirimu tampak berlebihan dan menjadikan kehidupan pesantren ini tampak lebih baik. Selebihnya, berikan yang kau miliki untuk pesantren ini yang paling terpilih dari dirimu, maka kau telah berkhidmah secara berbeda dan luar biasa. Mungkin ilustrasi gampangannya kayak begini :


Kita tahu kalau persantren kita yang memajukan adalah kita sendiri (santri) tentu dong ada elite santri yang diberi wewenang untuk mengatur, mengurus dan menjaga plus memperhatikan kita. Maka selayaknya jangan menjadikan asrama putri harus nahan malu (katanya) karena sudah cantik-cantik, wangi, bersih dan hanya tinggal berangkat ke kampus, tapi depan asramanya masih bertumpuk sampah, begitu pula dengan asrama putra. kita memang mempunyai kesibukan, kepentingan, dan urusan pribadi, tapi amanah tetap harus dijaga, paling tidak manajemen yang kita punya harus selalu diperbaiki, toh hal itu adalah amanat dan bentuk khidmad yang paling baik. Akhirul kalam, kita harus bersama-sama senantiasa instropeksi diri, saling mengingatkan dan saling menebar cinta dan kasih sayang yang abadi bukan musiman sebagaimana jamur oncom. Mari kita jadikan kiai sebagai guru kita atau wasilatussa’adah dalam Wahidul makan agar menjadi bani Hasyim yang dicintai Allah. Amiin.

always keep your smile

always keep your smile
view kantor pos besar Jogja