Kamis, 14 Agustus 2008

About Love-Sedetik Saja-


“Hari ini aku jatuh cinta”.
Ya, hanya satu kalimat singkat itu yang hendak aku teriakkan keras-keras, agar semua orang tahu bahwa aku sedang jatuh cinta. Kalau perlu para malaikat diatas
sana pun ikut tersenyum mendengar teriakan-teriakan cinta dariku ini. Tak mengapa orang akan terheran mengernyitkan dahinya mempertanyakan perihal jatuh cintaku ini. Bahkan baru saja teman sebelah meja di kantorku mengatakan aku sedang gila, masak sudah punya suami jatuh cinta lagi …

Ha ha, aku tertawa kecil. Biarlah orang menganggap aku gila, bukankah cinta dan gila hampir tidak ada bedanya? Tak peduli orang berkata apa, karena jatuh cintaku ini bukan dengan pria lain, melainkan dengan suamiku sendiri. Pasti Anda bertanya, kenapa baru sekarang jatuh cinta? Apakah sebelumnya tidak pernah jatuh cinta?

Empat tahun usia pernikahan memang masih dibilang seumur jagung, belum terlalu banyak kegetiran yang membenalui kasih sayang sepasang suami istri. Masih seruas jemari kelingking ukuran pahit bersamaan dengan manisnya perjalanan cinta. Tapi harus diakui, segala rutinitas keseharian seringkali menyita waktu-waktu bersama yang mau tidak mau terpaksa dikorbankan. Belum lagi extra time yang tercuri untuk aktifitas sosial diluar kerja harian, membuat kami kehilangan kesempatan untuk mencurahkan cinta. Bahkan untuk sekedar sarapan pagi bersama sebelum masing-masing antara kami berangkat ke kantor sesaat ayam baru saja bersuara, hanya karena takut terjebak kemacetan kota yang tidak akan pernah bisa dihindari.

Tetapi, hari ini aku jatuh cinta (lagi) …

Salah jika Anda menebak, bahwa kemesraan malam tadi yang membuai kami dalam kehangatan hingga pagi hari yang telah membuatku begitu bahagia semenjak pagi tadi. Tentu saja Anda juga terlalu mengira-ngira menganggap serbuan ungkapan cinta suamiku yang bertubi-tubi yang menjadikan diri ini teramat bergairah sepanjang hari ini. Perlu anda tahu, semua wanita tahu, kata cinta bukan segalanya dan takkan pernah berarti apapun tanpa sedikitpun sentuhan. Tapi, ini bukan pula soal sentuhan … Dan bisa dipastikan bukan karena semalam sebelum semuanya berlangsung begitu mesra dan mempesonakan, kami pergi ke sebuah tempat makan romantis untuk merayakan hari jadiku, termasuk sebuah kotak hadiah yang belum sempat kubuka sampai hari ini karena terlalu sayang untuk merusak bungkus pink berhias bunga Rose diatasnya yang dirangkai dengan pita berwarna putih.

Ternyata, aku tak memerlukan jutaaan ungkapan cinta untuk bisa sesenang hari ini. Tak juga harus menyita waktu suamiku berjam-jam untuk menemaniku dan memberikan kehangatannya disatu malam tertentu. Bahkan materi. Tak sepeserpun yang harus dikeluarkannya untuk bisa menciptakan kegairahan cinta seperti saat ini. Ia hanya perlu sedetik. Ya, hanya sedetik saja …

Dan itu tercipta ketika, entah secara sadar atau tidak dia kembali menyapaku penuh lembut, “yang ti …” (Panggilan 'sayang' yang disingkat, diimbuhi potongan namaku).

Anginpun berhembus mesra menyentuh kulit halus telingaku. Seketika sekujur tubuh ini seperti baru saja tertimpa kesejukan padang ilalang nan menghijau.

Namaku Titi, semua orang mulai dari Papa, Mama dan teman-teman selalu memanggilku Titi. Tapi sejak pertama kali kami bertemu, saat menjelang kami menikah, dan setahun pertama menikah, lelaki romantis itu selalu memanggilku, “yang ti”. Dan malam tadi dia kembali menyebutkan panggilan kesayangan itu setelah hampir dua tahun tak pernah terngiang di telingaku.

“yang ti …”.

Biar Cinta itu Bermuara Dengan Sendirinya....


Kenapa tak pernah kau tambatkan.
perahumu di satu dermaga?
Padahal kulihat, bukan hanya satu.
pelabuhan tenang yang mau menerima.
kehadiran kapalmu!

Kalau dulu memang pernah ada.
satu pelabuhan kecil, yang kemudian.
harus kau lupakan,
mengapa tak kau cari pelabuhan lain,
yang akan memberikan rasa damai yang lebih?

Seandainya kau mau,
buka tirai di sanubarimu, dan kau akan tahu,
pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya,
hingga pelabuhan itu jadi rumahmu,
rumah dan pelabuhan hatimu.


( Judul Puisi " Pelabuhan " karya Tyas Tatanka, kumpulan puisi 7 penyair serang)


Terlambat Bukan Berarti Tidak Sama sekali


RamadhanKu.....

Kaki ini meniti lemah anak tangga diantara gelap Masjid-Mu. Malam ini sudah masuk 10 malam terakhir ramadhan, malam ke 22 dari untaian malam berkah. Hati berseru takbir dengan kepalan jari-jari lemas terurai lagi. Allah ijinkanlah aku menjumpaimu pada malam-malam terakhir ini, setelah sekian malam aku hanya bergulat dengan dunia. Seharian dikejar amanah kegiatan bukan hal yang lumrah bagiku. Malam ini saatnya aku bercumbu penuh khusyu dengan-Nya dengan tubuh ini diselimuti gigil ngilu.

Tilawahku tertinggal waktu. Malu pada jam yang tetap istiqomah berputar, tapi amalanku tak pernah mau untuk istiqomah berjalan. Tarawih dan Qiyamullail semau gue-ku, apakah Engkau terima ? Hanya Engkau yang Maha Menentukan hasil dari semua usaha, aku tak sanggup mendengarkan hasil perhitungan-Mu saat ini. Amalanku yang dijejali riya semoga Engkau ampuni. Berapa kali shadaqahku ? ah, lagilagi malu pada kotak shadaqah, pada tangan kanan dan kiri yang selalu saling melihat ketika kurogoh sisa uang saku.

Ramadhan kali ini menyisakan sayatan pilu diruhaniku. Aku tak mampu menghisab diri dari kebaikan dan keburukan, dari amalan dan dosa, apalagi dari ikhlas dan riya. Bukan terlalu banyak, tapi terlalu kecil dan tak terindera. Semuanya aku kembalikan pada-Mu. 22 hari kulewati tanpa makna secuilpun yang tergores di kalbu. Bukan ini mauku. Bukan ini tujuanku. Tapi inilah yang sudah kudapat sampai saat ini. Sebuah keterlambatan.

Allah, terangkanlah padaku tentang makna keterlambatan. Semuanya sudah berjalan jauh tapi aku masih berlari kecil di tempat. Lelah ini kulahap sendiri. Ingin rasanya berlari sekencang mungkin untuk menyusul mereka yang telah jauh. Ternyata terlambat bukan berarti tidak samasekali. Masih ada waktu. Masih ada jalan. Manfaatkanlah arti dari kesempatan.

Sekarang ijinkanlah hamba-Mu ini memulai lagi. Merangkai malam-malam sunyi menjadi parade dzikir untuk-Mu. Mencuci diri dari noda, yang entah dari mana harus kumulai membersihkannya. Merangkak menggapai uluran maghfirah-Mu. Ramadhan masih tersisa beberapa hari lagi. Dan masih ada Lailatul Qadar yang setia menunggu jelmaan manusia-manusia yang Dia ridloi. Aku sangat menyadari betapa tidak pantasnya diri ini menerima anugerahmu itu. Tapi, apakah salah jika manusia dungu ini menginginkan syurga-Mu.

Ijinkanlah aku menapaki keterlambatan dengan beribu semangat juang. Agar aku bisa sampai kehadirat-Mu seperti juga mereka yang telah sampai mendahuluiku. Ijinkanlah aku mendapatkan anugerah Lailatul Qadar-Mu, mungkin untuk yang pertama kali, dan mungkin sekali-kalinya dalam hidup ini. Karena aku tidak tahu apakah tahun depan bisa berjumpa Ramadhan lagi, dan berjuang bersama mendapatkan anugerah-Mu itu.

teruntuk Putra-PutriKu



KEPADA PUTRA-PUTERI YANG MUSLIMAH

Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Rasulullah, para keluarga dan para sahabat beliau, serta kepada orang-orang yang mengikuti jejak dan petunjuk beliau sampai hari pembalasan.

Kepada kuncup-kuncup mekar yang beriman, yang terdidik untuk mempunyai rasa malu, kusampaikan ayat-ayat Al-Qur’an berikut. Karena pembicaraan yang paling baik adalah Kitabullah (Al-Qur’an) dan petunjuk yang paling baik adalah patunjuk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.
“Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya ; ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar suatu kezaliman yang besar.” Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu, kemudian hanya kepadaKulah kambalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (mambalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.” (Luqman 13-19).

Semoga Allah menumbuhkan anda menjadi tanaman dan tumbuhan yang baik, menjaga anda dan kedua orang tua anda dengan penjagaanNya. Sesungguhnya Allah Maha dekat, Maha mengabulkan, dan Maha mendengarkan do’a.

always keep your smile

always keep your smile
view kantor pos besar Jogja